BAPTISAN ROH KUDUS: 7
LANGKAH MUDAH?
Donald Macleod
Dr. Donald Macleod adalah profesor
teologi di Free Church of Scotland.
Artikel ini disadur dari judul bahasa Inggrisnya Holy Spirit Baptism: Seven
Easy Steps? dalam majalah Modern Reformation (September - Oktober 1992)
>
<
Siapakah kita yang menuntut bahwa Baptisan Roh Kudus hanya diberikan kepada
orang-orang percaya yang telah memenuhi suatu syarat tertentu? Seorang
penginjil Amerika yang terkenal, R.A. Torrey, memakai dua kitab dari bukunya
yang berjudul Roh Kudus: "Siapakah Dia dan Apa Yang Dia Lakukan?"
untuk menguraikan secara terperinci persyaratan-persyaratan ini dan
menyatakan dengan pasti: "Ada jalan yang sederhana, yang berisi 7
langkah yang sangat mudah, dimana setiap orang dapat melakukan saat ini, dan
dengan itu pasti dan mutlak bahwa setiap orang yang melakukan ke-7 langkah
tersebut akan menikmati hidup ilahi."
1. Menerima Yesus Sebagai Juru Selamat
Langkah pertama menuju penerimaan Roh Kudus adalah, sebagaimana yang
dikatakan, menerima Yesus sebagai Juru Selamat. Kita harus mempunyai hubungan
yang benar dengan Allah.
Satu-satunya keberatan yang ada karena hal ini hanya diajukan sebagai langkah
awal saja. Definisi Torrey mengenai hal ini adalah "kita bersandar penuh
kepada karya Yesus yang telah tuntas di atas Salib di Kalvari, di dalam
kematian yang telah menebus kita, sebagai dasar utama penerimaan kita
dihadapan Allah." Ini adalah pernyataan yang baik mengenai hakekat iman
keselamatan dan hal ini mutlak perlu untuk menerima baptisan Roh Kudus. Tapi
menurut Torrey dan murid-muridnya, hal ini saja tidak cukup. Iman saja tidak
menjamin kepenuhan dari Roh Kudus. Pernyataan ini langsung memukul telak ke
pusat apa yang ditekankan kaum Injili, yaitu sola fide. Hal tersebut
berarti bahwa manusia mungkin dibenarkan dari seluruh dosanya namun demikian
baptisan Roh Kudus belum akan diberikan, bahwa manusia mungkin dibenarkan
dengan kebenaran Kristus namun tetap untuk menerima kepenuhan Roh Kudus,
bahkan lebih lagi ia mungkin adalah anak Allah namun tanpa materai keanakan
yaitu sebagai seorang ahli waris yang kepadanya seluruh warisan tidak
sungguh-sungguh dianugerahkan. Hal ini bukan hanya modifikasi dari teologi
Injili atau suatu bentuk lanjutan yang mengandung pemikiranpemikiran genius.
Ini adalah pandangan yang destruktif.
Akibatnya, dari sudut pandang lain, adalah suatu ketidaksinambungan antara
Kristus dan Roh Kudus. Iman sendiri menerima Kristus. Tapi ia tidak,
sebagaimana telah dikatakan, menerima Roh Kudus. Namun menurut Paulus, yang
dilahirkan di dalam Kristus adalah yang "disempurnakan" (Kol.
2:10). Allah adalah Roh (2Kor. 3:17) dan ini tepat karena Kristus dan Roh
adalah satu di mana Penyelamat dapat menentukan kedatangan dari Penghibur
dengan kedatangan-Nya sendiri (Jn. 16:16ff). Jika Kristus hadir dimana saja
Roh juga hadir tentu saja adalah akibat yang wajar juga dimana Penghibur
hadir disitu juga Kristus hadir bukan?
2. Menanggalkan Seluruh Dosa
Langkah kedua menuju baptisan Roh Kudus adalah dengan menanggalkan seluruh
dosa. Kita harus, kata Torrey, "membuat pemutusan yang pasti (clear
cut) antara Roh Kudus dengan dosa-dosa yang tidak kudus".
Dasar penafsiran untuk pernyataan ini; sedikit sekali. Torrey berargumentasi
bahwa hal ini secara implisit terkandung pada kata-kata penyesalan di Kis.
2:38 dan ia sedikit merubah cara tidak beralasan arti pertobatan dari
definisi "perubahan pemikiran mengenai dosa" kepada definisi
"menanggalkan seluruh dosa". Lebih lanjut, setelah diselidiki dapat
diartikan bahwa menanggalkan seluruh dosa dapat dilakukan sebelum baptisan
dalam Roh Kudus terjadi. Pengharapan kemenangan sebesar apapun yang mungkin
ada dalam diri seseorang, namun ketika Roh Kudus memenuhi hidupnya pasti
sebelumnya tidak ada pengharapan yang seperti itu. Sesungguhnya, sangat sulit
melihat mengapa baptisan Roh harus dipertimbangkan dalam kasus tersebut. Jika
kita dapat dengan bantuan Roh Kudus menang dalam pergumulan dengan dosa, kita
juga pasti dapat menang dari apapun secara bersamaan.
Apa yang muncul disini adalah sejenis teologi perfeksionis. "Jika masih
ada tanda-tanda pemberontakan melawan dia, tulis Ralph M. Riggs, hal tersebut
harus dimenangkan dengan penaklukan yang sempurna kepadanya."
Pertanyaannya adalah: Apakah hal itu mungkin dilakukan orang Kristen? Berdasarkan
pengalaman dan observasi - tidak mungkin Alkitab menyetujuinya. Kaum
post-Pentecost, yaitu Petrus yang dipenuhi Roh Kudus dicela karena memang ia
patut dipersalahkan (Gal. 2:11). Paulus meratapi kehadiran hukum-hukum dosa
dalam tubuhnya (Rm. 7:23). Dan Yohanes, yang telah letih dengan kesempurnaan,
mengatakan bahwa jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa kita menipu diri
kita sendiri (1Yoh. 1:8). Bagaimana, dengan kehadiran fakta ini, dapatkah
kita berkata kepada orangorang percaya yang sedang bergumul bahwa yang mereka
perlukan hanyalah mengambil langkah sederhana saja yaitu membersihkan setiap
bekas / sisa pemberontakan dari kehidupan mereka, berserah sepenuhnya kepada
Allah dan menanggalkan seluruh dosa, agar mereka menerima baptisan Roh Kudus?
Ini mungkin akan menghibur para penipu. Tapi akan menyebabkan kaum realistik
putus asa.
3. Pengakuan Yang Terbuka
Langkah selanjutnya yang dibuat Torrey ialah pengakuan secara terbuka di
hadapan dunia tentang penolakan kita kepada dosa dan penerimaan kita akan
Yesus Kristus. Ada
3 komentar yang akan dikemukakan:
Pertama, pengakuan adalah hal yang wajar dan sesungguhnya sangat
diperlukan dalam kehidupan Kristen. Ini bukanlah suatu bukti, juga bukan
suatu pintu gerbang masuk ke dalam tingkat pemuridan yang lebih tinggi,
tetapi sesuatu yang diharapkan oleh Allah dari setiap orang Kristen. Bentuk
awal dari pesan penginjilan terletak pada "Jika kamu mengaku dengan
mulutmu, bahwa Yesus..maka kamu akan diselamatkan" (Rm. 10:9). Jika
demikian, argumentasi Torrey tidak saling bersesuaian. Jika baptisan Roh
Kudus diberikan kepada semua yang mengakui Kristus, maka harus diberikan
kepada seluruh orang Kristen karena mereka semua adalah para pengaku-pengaku
tersebut.
Kedua, argumentasi Torrey ini adalah pemutarbalikan prinsip Alkitab.
Pengakuan kepada Kristus bukanlah jasa untuk mendapatkan baptisan Roh Kudus
tapi merupakan hasilnya. Demikian yang terjadi pada saat Pentakosta: pertama
kali mereka dipenuhi Roh Kudus dan mereka mulai memproklamasikan pekerjaan
Allah yang indah (Kis. 2:4, 11). Demikian juga yang terjadi di rumah
Kornelius: ketika Petrus berkhotbah, Roh turun kepada pendengarnya dan mereka
mulai memuliakan Allah (Kis. 10:44,46). Dan inilah tepatnya yang Yesus
katakan harus terjadi. Ia tidak menjanjikan bahwa jika mereka menyaksikannya,
Roh Kudus akan turun kepada mereka, namun Roh Kudus akan turun kepada mereka
dan mereka akan menjadi saksi (Kis. 1:8).
Ketiga, pernyataan Torrey ada penyimpangan yang halus dari konsep
Alkitab tentang pengakuan dosa. Ini telah menjadi pengakuan tetang diri
sendiri: bahwa kita telah meninggalkan seluruh dosa, kita telah menerima
Kristus. Ini merupakan pernyataan tentang tingkat spiritual kita (dan salah
satunya pasti salah). Dalam PB, pengakuan harus berpusat pada Kristus: Ia
adalah Besar (Ibr. 4:14). Pengakuan bukanlah tentang bahwa kita telah
meninggalkan dosa-dosa kita tetapi bahwa Kristus telah menyelamatkan kita.
4. Ketaatan
Terikan kaum perfeksionis mulai terlihat semakin jelas dalam langkah keempat
ini: Dasar Alkitabnya diduga dari Kis. 5:32, "Roh Kudus yang
dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia". Secara
langsung orang akan menghubungkan ayat tersebut dengan 1Yoh. 3:23, "Dan
inilah perintah-Nya itu; supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus,
Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi." Anugerah Roh diberikan
kepada semua yang secara mutlak mentaati panggilan penginjilan Allah. Riggs
dan Torrey melihat ini secara berbeda. Bagi Riggs, ini berarti penyerahan
yang sempurna dan mutlak. Pendapat Torrey bahkan lebih keras lagi:
"Ketaatan bukan hanya melakukan satu, dua, atau tiga hal yang
diperintahkan Allah, tapi melakukan semua hal yang diperintahkan-Nya...Ini
adalah prinsip penting dalam menerima baptisan dengan Roh Kudus, penyerahan
mutlak yang tak bersyarat pada kehendak Allah".
Kita harus bertanya lagi: Mengapa orang yang demikian tersebut membutuhkan
baptisan Roh Kudus lagi? Bukankah ia dengan kekuatannya sendiri sanggup
melakukan segala hal yang dimana seharusnya diperlukan bantuan Roh Kudus?
Namun demikian, orang yang telah sampai pada level spiritual ini hidup dalam
kapal terbang di mana Alkitab tidak pernah menyangka mungkin dapat dilakukan
oleh orang Kristen. Hanya kata hati yang terbakar atau teologi benighted yang
dapat mempengaruhi setiap orang agar dapat melakukan penyerahan yang mutlak
pada kehendak Allah. Sebaliknya, tujuan Pentakosta seolah-olah adalah jalan
kepada baptisan Roh Kudus dijaga, bahkan dari orang-orang Kristen sekalipun,
dengan pedang berapi - api yang mengusir segala sesuatu (Kej. 3:24). Jika
syarat untuk menerima Roh Kudus adalah ketaantan yang sempurna kepada Allah
maka Allah mengejek kita: "Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu,
tetapi mengabaikan satu bagian daripadanya, ia bersalah terhadap
seluruhnya" (Yak. 2:10).
5. Rasa Haus
Syarat kelima adalah rasa haus dan ayat yang dipakai: "...Barangsiapa
haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku,
seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir
aliran-aliran air hidup. Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima
oleh mereka yang percaya kepada-Nya..." (Yoh. 7:37-38).
Dalam menggunakan ayat ini, ada keinginan Torrey yang jelas untuk
menghubungkan baptisan Roh Kudus kepada suatu usaha manusia. Pada teks
tersebut, rasa haus secara jelas dihubungkan dengan iman dan dinyatakan,
secara jelas, bahwa baptisan Roh Kudus akan diberikan kepada mereka yang
percaya. Seperti dalam pembenaran, syarat satu-satunya adalah hanya iman.
Tapi hal ini bagi kaum perfeksionis dari kaum teologi bersyarat;
Pentekostalisme, tidaklah cukup. Ini dipakai untuk penyelidikan agar manusia
benar-benar menerima baptisan dalam Roh; dan jika seluruhnya dapat diperoleh
dengan kehausan maka kehausan tersebut harus diartikan di dalam arti yang
sebenarnya sehingga seseorang dapat memahaminya dengan benar. Ini menjamin
bahwa baptisan Roh tidaklah sesederhana rasa haus tapi sebagai rasa haus yang
khusus: seperti rasa haus plus. Rasa itu harus terus menerus, dilakukan
dengan ketulusan dan bersemangat. Namun walaupun demikian. segi usaha manusia
adalah pertanyaan yang lain lagi. Tapi usaha yang cukup berani: "Ketia
manusia sungguh kehausan", tulis Torrey, "akan terlihat seperti
seluruh pori-pori badannya meneriakkan hal yang sama, Air, air, air."
Ketika manusia kehausan secara spiritual, seluruh keberadaannya akan
meneriakkan hal yang sama 'Roh Kudus, Roh Kudus, Roh Kudus, Oh Allah,
berikanlah kepadaku Roh Kudus". Lebih lanjut, keinginan tersebut
haruslah sesuatu yang murni: "Kamu harus mengharapkan baptisan oleh Roh
Kudus bagi kemuliaan Allah dan bukan bagi kemulianmu sendiri. Kamu harus
mengharapkan baptisan dengan Roh Kudus dalam hubungan agar engkau dapat lebih
memuliakan Allah dengan pelayananmu yang lebih efektif lagi dan bukan karena
engkau akan mendapat kekuatan baru belaka atau pengaruh baru atau mungkin
gaji yang lebih besar."
Semua ini mengakibatkan beralihnya penekanan dari janji Allah dan dari karya
Kristus sebagai Penjamin, menjadi kualitas jasa manusia. Kami diingatkan
kepada kisah dari Naaman, mengharapkan suatu yang spektakuler terjadi untuk
kesembuhan penyakit lepranya dan yang terjadi hanya perintah sederhana yang
menghancurkan, "pergi dan mandilah 7 kali di sungai Yordan" (2Raj.
5:10). Naaman "sangat marah"; dan banyak orang Kristen demikian, bahwa
janji akan baptisan Roh Kudus yang demikian mulia itu tergenapi dengan hanya
dengan beriman kepada Kristus.
6. Hanya Meminta Kepada Allah
Syarat kelima adalah "mintalah kepada-Nya"; atau, lebih spesifik,
doa yang tepat untuk berkat ini. Ayat Alkitab untuk mendukungnya adalah Lukas
11:13, "Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik
kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan Roh
Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya". Sulit melihat bagaimana ayat
ini memberi dukungan untuk kasus Pentakosta. Ayat ini tidak mengenai baptisan
dalam Roh tetapi hanya kepada pemberian Roh belaka, secara bahasa, hal ini
hanya berhubungan dengan pengalaman yang Torrey lukiskan sebagai "hal
yang sangat berlebih-lebihan, menyebabkan Roh Kudus berdiam di dalam
keberadaan kita, menepati sudut belakang yang tersembunyi, dimana dengan
jelas nyata kita tidak sadari kehadiran-Nya". Torrey sendiri yang
membedakan antara memberi dan baptisan, dan berdasarkan terminologinya
sendiri dalam Luk. 11:13 hal ini sangat tidak relevan dengan penjelasannya
tersebut.
Hal yang terulang adalah pemikiran tentang jasa - yang dikombinasikan dengan
pemenuhan syarat -syarat tertentu yang telah digariskan - disuguhkan sebagai
hal yang mulia. Baptisan dalam Roh adalah untuk manusia yang layak, bahkan
Riggs berani dan tanpa ragu menggunakan kata itu. Meyinggung Yak. 4:2,
"kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa", ia
menulis: "Inilah ujian penyisihan Allah untuk menemui siapa yang Ia
anggap layak untuk menerima anugerah yang tak ternilai ini. Karena diberikan
tanpa uang dan tanpa harga, tetapi diberikan hanya kepada mereka yang
memintanya dalam doa".
Torrey memulai dengan "mintalah", sejauh kita dapat lihat, tidak
berbeda dengan hanya iman saja. Tapi di dalam eksposisinya menunjukkan, bahwa
menurut pandangannya permintaan biasa itu belum cukup. Oleh karena itu
permintaan dalam doa tersebut harus khusus, sehingga sekali lagi fokusnya
berpindah dari janji yang ilahi dan jaminan yang ilahi kepada kualitas
permohonan kita. Torrey menulis, "Kira-kira di tengah malam Allah
memberikan kepada kita kemenangan yang tuntas". Dan, astaga! Doa apa
yang ada sejak dari waktu itu sampai lewat jam dua pagi. Saya pikir saya
tidak pernah mendengar doa yang seperti itu sebelumnya dan jarang mendengar
doa seperti itu sesudahnya. Roh dijanjikan akan berdoa merupakan satu hal
tersendiri, yang berbeda dengan berdoa bagi Roh Kudus yang belum pernah
didengar sebelumnya.
Keseluruhan bagian Injil Lukas ini bertentangan dengan argumentasi Torrey.
Misalnya, kebutuhan anak-anak akan roti tidak dapat disamakan sebagai
pengalaman yang hanya terjadi sekali saja. Ini adalah hal yang terus menerus
terjadi, secara analogi adalah kebutuhan kita akan Roh Kudus, dimana kita
harus terus menerus berdoa. Lagipula, kebutuhan anak kecil tidak untuk suatu
yang mewah atau berlebihan, tapi untuk roti - untuk hidup. Secara analogi
lagi, Roh Kudus adalah Pribadi yang dibutuhkan oleh setiap orang percaya dan
Allah tidak dapat menahannya dari anak-anak-Nya seperti seorang bapa tidak
akan menahan roti dari keluarganya. Namun lagi, adalah hal yang tidak masuk
akal jika seorang bapa didunia hanya memberikan roti kepada anak-anaknya jika
mereka memintanya dengan cara yang khusus; atau menghadapkan kepada mereka
"ujian penyisihan" untuk meyakinkan apakah mereka benar-benar
membutuhkannya dengan sangat perlu, sungguh-sungguh dan murni.
Pelayanan Roh Kudus didalam seluruh kepenuhan-Nya adalah untuk orang Kristen,
agar mereka hidup; dan ketika ia benar-benar memintanya ia mengharapkan untuk
menerimanya bukan karena kualitas dari permintaannya yang istimewa tetapi
oleh karena merupakan kebutuhan yang mutlak penting dan berdasarkan kepastian
janji Bapa.
7. Iman
Langkah terakhir menuju baptisan dalam Roh adalah iman. Kita dapat membacanya
dengan terheran-heran. Bagaimana mungkin iman yang terakhir? Tapi tidak perlu
heran kerena iman pada tahap ini berbeda. Tidak lagi berarti percaya Kristus
disalibkan, tetapi mengharapkan Allah memberikanm engkau segala sesuatu yang
engkau minta. Menurut Torrey, di sinilah banyak orang gagal, "termasuk
pemburu-pemburu fanatik mencari baptisan Roh Kudus. Mereka memenuhi
syarat-syarat lain, mereka berdoa secara pasti dan bersungguh-sungguh, tetapi
mereka tidak berharap dengan yakin, oleh karena itu mereka tidak
memperolehnya". Tetapi hal ini bisa berarti sangat sedikit maupun sangat
banyak. Jika Torrey menyatakan bahwa setiap orang percaya, hanya karena dia
seorang percaya, memiliki hati mengharapkan baptisan Roh Kudus, maka ia menyajikan
kasusnya sendiri. Sebaliknya, mengatakan secara mutlak bahwa setiap orang
yang mengharapkan baptisan dalam Roh pasti akan menerimanya, adalah sangat
berlebihan.
Misalnya, banyak orang yang yakin akan masuk kedalam kerajaan surga akan
kecewa (Mat 7:21). Kita harus bertanya: Siapa yang berhak untuk mengharapkan
berkat? Jawabnya, RAHASIA, tidak ada jawaban. Satu-satunya alasan untuk
yakin, dalam setiap doa kita, adalah kenyataan bahwa Allah membuatnya pasti,
janji tertentu kepada seseorang dalam keberadaan kita. Alasan keyakinan
sejauh mana baptisan Roh sangat diperhatikan, adalah karena Allah telah
menjanjikan kepenuhan Roh kepada setiap orang percaya; dan hanya kepada orang
percaya.
Jadi Apakah Arti Dibaptis Oleh Roh Kudus itu?
Sampai dengan abad ke-20 kaum teolog memberikan perhatian yang sedikit sekali
kepada ungkapan baptisan Roh Kudus; dan pengabaian ini dapat dimengerti
secara alkitabiah. Karena susunan kata yang tepat dari baptisan Roh Kudus
tidak muncul dalam Perjanjian Baru dan ide itu sendiri jarang muncul. Secara
fakta hanya ada 3 referensi: dalam Mat. 3:11 (dan pararelnya) ketika Yohanes
Pembaptis memproklamasikan bahwa Yesus akan membaptis dengan Roh Kudus; dalam
Kis. 1:5 ketika Allah sendiri menjanjikan bahwa pengikutnya akan dibaptis
dengan Roh Kudus, dalam 1Kor. 12:13 ketika Paulus menegaskan bahwa semua
orang Kristen akan dibaptis oleh satu Roh.
Namun kepentingan dari suatu doktrin tidak bisa diukur dari sudut frekuensi
munculnya susunan kata yang tepat yang dipakai dalam Alkitab. Karena dengan
cara demikian doktrin Trinitas juga harus dihilangkan karena dianggap sebagai
hal yang kurang penting. Baptisan Roh Kudus ialah salah satu dari beberapa
pengalaman menyeluruh yang amat penting dari kehadiran Roh Kudus dalam diri
orang percaya. Kepentingan ini makin berlanjut karena perdebatan penafsiran
yang dibangun oleh teologi Pentakosta dan Neo-Pentakosta. Hal ini menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan yang drastis sampai pada titik tidak seorangpun di
antara kita mampu mengabaikannya.
Hal pokok dari pertanyaan ini adalah hubungan baptisan Roh Kudus kepada
kelahiran kembali dan pertobatan. Teologi Pentakosta menekankan bahwa
perbedaan antara keduanya sangat jelas, yaitu bahwa baptisan terjadinya
sering, normalnya terjadi mengikuti pertobatan; karena itu sangatlah mungkin
seseorang lahir kembali namun belum menerima baptisan Roh Kudus; dan
kenyataannya memang banyak orang Kristen tidak pernah menerima berkat ini.
Salah satu pembela yang vokal untuk masalah ini adalah R.A. Torrey, yang
digambarkan oleh F.D. Bruner sebagai "figur pra-sejarah Pentakostalisme
yang penting setelah Wesley dan Finney". "Baptisan dengan Roh
Kudus", tulis Torrey, "adalah pekerjaan Roh Kudus yang berbeda dan
tambahan kepada kelahiran kembali. Dengan kata lain, perkara dilahirkan
kembali oleh Roh Kudus adalah satu hal perkara dibaptis dengan Roh Kudus
adalah hal yang lain lagi". Ralph M. Riggs, teolog Pentakosta
kontemporer, menekankan hal yang sama; "Walaupun setiap orang percaya
memiliki Roh Kudus, namun tetap bahwa setiap orang percaya, sebagai tambahan
dari memiliki Roh Kudus harus dipenuhi dengan atau dibaptis dengan Roh
Kudus". Pengikut sebelum Pentakosta "telah menerima Roh Kudus,
namun demikian mereka tetap perlu dibaptis dalam Roh Kudus".
Menerima, Dipenuhi, dan Dibaptis
Kesulitan utama yang secara langsung yang dihadapi pandangan ini adalah bahwa
dalam bahasa Perjanjian Baru semata-mata tidak memperbolehkan kita untuk
membedakan secara demikian antara dibaptis dalam Roh dan menerima Roh. Hal
ini - dan juga terminologi lainnya - digunakan secara bergantian. Misalnya,
dalam Kis. 1:5 Lukas menceritakan hari Pentakosta sebagai pengalaman dari
dibaptis dalam Roh. Dalam Kis. 2:4 ia gambarkan sebagai dipenuhi denagn Roh.
Kita tidak dapat, pada saat berhadapan dengan pernyataan ini, langsung
menyatakan bahwa dipenuhi dan dibaptis adalah dua pengalaman yang berbeda.
Sebaliknya, pengalaman yang sama diceritakan dalam Kis. 1:8 sebagai Roh turun
ke atas mereka; dan Kis. 2:38 menggambarkannya sebagai menerima Roh turun ke
atas kita, menerima Roh, dipenuhi dengan Roh dan dibaptis dalam Roh adalah
satu dan pengalaman yang sama.
Lukas menggambarkan pengalaman Kornelius dan seluruh keluarganya adalah
dengan cara yang sama. Ia melihatnya sebagai peristiwa yang sejajar dengan
Pentakosta (Kis. 11:15) dan merupakan penggenapan dari janji Yesus Kristus:
"Kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus" (Kis. 11:16). Juga dalam
menggambarkan peristiwa ini ia tidak menggunakan kalimat dipenuhi atau
dibaptis. Sebaliknya ia menggunakan kalimat Roh Kudus turun ke atas mereka
(Kis. 10:44) bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas mereka (Kis. 10:45)
yang berarti semata-mata mereka telah menerima Roh Kudus (Kis. 10:47). Tentu
saja jelaslah bahwa tidak ada seorangpun yang dapat menuntut otoritas dari
Perjanjian Baru untuk mengadakan perbedaan antara menerima Roh, disatu pihak,
dan dibaptis atau dipenuhi Roh di lain pihak. Itu pun berarti, tidak ada
seorangpun dapat menuntut otoritas bagi kalimat: "Semua telah menerima
Roh, tetapi tidak semuanya dibaptis atau dipenuhi oleh Roh".
Semua Orang Percaya Telah Dibaptis Oleh Roh
Tapi kasus ini tidak didasarkan pada vocabulary Alkitab semata. Ada bukti langsung yang
harus dipertimbangkan di dalam PB bahwa setiap orang percaya mengalami
baptisan Roh Kudus. Dimulai dengan sifat universal dari pemberian Roh adalah
satu hal utama dalam nubuatan Yoel (Yoel 2:28-32), di mana Pentakosta
merupakan penggenapannya. Dalam masa PL, Roh dan anugerah- Nya hanya
diberikan kepada individu tertentu di kalangan umat Allah. Pembatasan ini,
menurut Yoel, harus telah dihilangkan zaman akhir era kekristenan. Roh akan
dicurahkan kepada seluruh manusia, anak-anak lelaki dan perempuan mereka akan
bernubuat, anak-anak muda mereka akan mempunyai penglihatan dan orang tua
mereka akan menerima mimpi. Roh akan datang bukan saja kepada yang terkenal,
tapi juga kepada hamba-hamba dan pembantu hamba-hamba. Harapan Musa (Bil.
11:29) telah terpenuhi: Setiap umat Allah akan bernubuat, berbicara tentang
kemuliaan pekerjaan Allah.
Laporan Lukas tentang Pentakosta lebih menjelaskan bahwa hal inilah yang
sesungguhnya yang terjadi: Setiap orang percaya dibaptis oleh Roh (Kis. 2:4).
Kata "semua" telah jelas sehingga tidak membolehkan kita untuk
percaya bahwa ada murid yang tidak mendapatkannya. Keseluruhan gereja yang
digambarkan dalam Kis. 1:13-26 adalah kesatuan dan ketika pembaptisan itu
datang, ia datang ke atas mereka semua. Pada saat itu, tidak ada satu orang
percayapun di dunia yang tidak dibaptis dalam baptisan Roh Kudus. Lukas
mengutip nubuatan Yoel mengakibatkan sulit untuk menolak kesimpulan bahwa ia
ingin menunjukkan keistimewaan telah lahir satu era baru.
Penggambaran pengalaman 3.000 petobat melalui pelayanan Petrus sangat
mendukung hal ini. Allah berjanji bagi siapapun yang meresponi berita tersebut
akan menerima anugerah Roh Kudus (Kis.2:38). Tapi ia tidak menggambarkan hal
ini sebagai suatu penambahan dari pengalaman dasar keselamatan. Sebaliknya,
anugerah tersebut dikatakan diberikan secara langsung dari perubahan:
"Bertobatlah dan baptiskanlah setiap orang di antaramu dalam nama Yesus
Kristus untuk pengampunan dari seluruh dosanya dan sehingga menerima anugerah
Roh Kudus". Pengampunan dari dosa dan anugerah Roh Kudus datang
bersamaan. Beberapa ayat kemudian berupa pengalaman total dari petobat ini
dikatakan dengan sangat sederhana di mana mereka "dengan senang menerima
perkataannya" (ayat 4). Sangat adil untuk menyimpulkan dari hal ini
bahwa satu-satunya syarat untuk dapat dibaptis oleh Roh adalah penerimaan
yang gembira atas Injil. Setiap orang yang menyesal - setiap orang yang
diampuni dosanya - telah mengalami baptisan Roh Kudus.
Doktrin yang sama juga muncul dalam 1Kor. 12:13, "Sebab dalam satu Roh
kita semua dibaptis menjadi satu tubuh". Beberapa orang mengajukan
keberatan dengan mengatakan di sini bicara mengenai baptisan oleh Roh Kudus
ketimbang baptisan dalam Roh. Tetapi sangat sulit melihat alasan untuk hal
ini. Secara gramatikal, ekspresi yang ada sama dengan Kis. 1:5. Jika Paulus
ingin mengekspresikan ide dari baptisan oleh Roh ia akan melakukannya dengan
jelas dengan menggunakan kata depan hupo (by dalam bahasa Inggrisnya)
dibanding menggunakan kata depan en (in). Tapi ia melakukan demikian,
ia telah menyatakan sesuatu yang PB tidak katakan di manapun juga. Yohanes
Pembaptis berkata, "Ia akan membaptis kalian dengan Roh Kudus".
Petrus menyatakan hal yang sama dalam Kis. 2:33. Kristus yang dimuliakan
telah mencurahkan Roh Kudus dari diri-Nya. Alternatif satu-satunya untuk hal
ini adalah Kis. 1:4 bahwa kadangkala Roh adalah mewakili anugerah Allah. Roh
itu sendiri tidak membaptis. Ia adalah pribadi di mana kita dibaptis di
dalamnya atau dibaptis dengannya. Sebaliknya tidak mungkin membandingkan
baptisan Roh dengan baptisan di dalam (bukan dengan) air atau
menghubungkannya dengan baptisan di dalam (bukan dengan) api.
Interpretasi ini didukung oleh bagian kedua dari pasal: "Kita dibuat
untuk meminum dari satu Roh". Kata Ibrani yang dipakai ialah
epotishemen. Ini kerap kali dipakai dengan arti mengairi (tanaman) dan
sebagaimana ditunjuk oleh T.C. Edwards, metafor ini menggambarkan ide dari
keadaan yang berlimpah dan berkuasa, dan yang tepat digunakan disini;
"Seperti tanaman, kita diberi minum dalam Roh. Satu pancaran yang
mengairi semua lapangan dan membasahinya sampai ke akar dari setiap helai
rumput". Michael Green menyatukan apa yang ia lihat sebagai arti dari 2
metafor dari 1Kor. 12:13 dalam pernyataan: "Semua sama telah dibenamkan
dalam lautan dari Roh; semuanya salah telah memiliki air kehidupan yang
mengairi kehidupannya yang kering".
Tujuan dari baptisan dijelaskan Paulus dalam kalimat "ke dalam satu
tubuh". Ia menggunakan kata depan idiomatik, dengan makna berdasarkan
pandangan dari: "Kita semua telah dibaptis (dibenamkan, diminumkan,
diairi) di dalam satu Roh dalam pandangan kepada pembentukan atau menjadi
satu tubuh". Berdasarkan prinsip ini berarti kita menolak penafsiran
yang mengatakan bahwa baptisan Roh hanya dialami oleh sedikit orang percaya
saja. Semua orang percaya adalah anggota dari satu tubuh dan demikian seluruhnya
telah diberi minum dalam satu Roh. Demikian juga, semuanya memiliki karunia
rohani yang bertujuan bagi pembangunan tubuh gereja, sehingga tidak ada
seorangpun yang merasa lebih tinggi dari yang lain, lebih rendah dari yang
lain, dan di atas semuanya itu tidak seorangpun yang boleh merasa lebih dari
yang lain. Sulit untuk membayangkan argumentasi Paulus mengenai keterkaitan
antar anggota dan ketergantungan antar anggota dapat terjadi, jika tubuh
dipisahkan oleh perbedaanperbedaan yang radikal seperti sebagian memperoleh
baptisan Roh Kudus dan sebagian tidak. Perbedaan seperti ini pasti akan
dihindari oleh Paulus - karena menciptakan perpecahan di dalam tubuh itu
sendiri (1Kor. 11:10).
Argumentasi Teologis
Argumentasi bahwa mungkin ada kelahiran baru namun belum memiliki baptisan
Roh Kudus, adalah sulit dipertahankan bukan saja dari eksegesisnya tetapi
secara teologis juga. Semua orang Kristen telah menjadi satu dengan Kristus.
Dengan mengusulkan bahwa hal itu mungkin terjadi tanpa persekutuan yang satu
dengan Roh Kudus akan memisahkan kedua Pribadi itu sehingga sangatlah tidak
konsisten dengan sejarah teologi Trinitas. Anak dan Roh dengan Bapa adalah
satu Allah. Persekutuan itu sedemikian intimnya, sehingga masing-masing di
dalam yang lain (Yoh. 14:18), sehingga misi dari Penghibur sama dengan misi
dari Anak (Yoh. 14:18) dan Paulus bahkan berkata, "Tuhan (Yesus Kristus)
adalah Roh" (2Kor. 3:17). Berdasarkan ayat-ayat itu bapak-bapak gereja
membuat doktrin persatuan bersama antar pribadi-pribadi yang ilahi. Pernyataan
yang kuat dari Basil: "Jika seseorang sungguh-sungguh menerima Anak,
maka dia akan menemui bahwa Dia (Anak) membawa bersama-Nya.
Bapa di satu tangan dan Roh Kudus di tangan yang lain, karena tidak satupun
dari antara mereka yang dapat dipisahkan dari Bapa, karena selamanya berada
di dalam Bapa, juga tidak melihat pemisahan atau pembagian di dalam bentuk
apapun, seolah-olah Anak dapat dianggap tanpa Bapa atau Roh dipisahkan dari
Anak". Jika doktrin persatuan bersama ini benar, dan memang demikian,
maka tidak akan ada hubungan seorang Pribadi yang tidak sama dan tidak
simetris dengan yang lain, dipenuhi di dalam Anak berarti juga dipenuhi di
dalam Roh. Memiliki Kristus berdiam di dalam hati kita oleh iman berarti
secara langsung memiliki Roh di dalam keberadaan kita yang diisi dengan
kepenuhan Bapa (Ef. 3:16-19).
Pandangan Perjanjian Baru Tentang Iman
Posisi pandangan golongan tertentu secara sama tidak konsisten dengan
pandangan iman dalam Perjanjian Baru. Iman menyelamatkan; dan tidak mungkin membatasi
hal ini hanya dengan kelahiran baru dan pembaruan, dan tidak memasukkan
anugerah yang tidak terkatakan (2Kor. 9:15). Dia adalah janji Bapa yang Agung
(Kis. 1:4) dan juga yang menjadi materai di dalam keanakan kita (Ef. 1:13).
Dan Dia merupakan klimaks pengucapan syukur Rasuli (2Kor. 13:14). Juga
menurut Perjanjian Lama, penyelamatan tidak dapat diartikan berbeda dari
menerima Roh Kudus: "Aku akan memberikan Roh-Ku di dalam engkau dan
membuat engkau hidup menurut ketentuan-ketentuan-Ku" (Ez. 36:27).
Dan Perjanjian Baru bukan hanya menekankan bahwa baptisan Roh merupakan
bagian yang penting dalam arti penyelamatan. Juga dikatakan dengan tegas
bahwa iman dan karunia Roh tidak dapat dipisahkan. Ini tampak jelas di dalam
pertanyaan Paulus dalam Gal. 3:2: "Adakah kamu menerima Roh karena
melakukan pekerjaan hukum Taurat atau oleh karena percaya?" Doktrin
yangsama dalam Ef. 1:13, "Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah
mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia juga,
ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya
itu". Lebih jelas lagi dalam Gal. 3:14, kita menerima janji dari Roh
dengan iman. Bagian yang menarik dari ayat ini, menyamakan janji dari Roh
dengan berkat Abraham. Dengan perkataan lain, karunia Roh adalah inti dari
berkat yang dijanjikan dalam Perjanjian Abraham. Penganugerahan Roh adalah
tujuan besar dari penebusan dan bahwa kita tidak memperoleh bagian di dalam
berkat penebusan tanpa memperoleh kepenuhan Roh. Alur pemikiran Paulus sangat
jelas: "Kristus telah menebus kita dari hukum Taurat...bahwa kita dapat
menerima janji Roh itu melalui iman". Kita tidak dapat membiarkan diri
kita diletakkan dalam posisi di mana, kita belum berhak untuk menerima
karunia Roh, kita harus memiliki menambah sesuatu kepada iman - nilai tambah.
Iman membawa kita di dalam Kristus sehingga demikian kita telah lengkap (Kol.
2:10).
Pelayanan Kristen
Juga tidak mungkin mendamaikan dugaan bahwa beberapa orang Kristen tidak
memiliki kepenuhan Roh dengan pengajaran Perjanjian Baru tentang pelayanan
Kristen. R.A. Torrey mencoba membuat perbedaan antara diselamatkan dan siap
untuk melakukan pelayanan, sehingga memberi pernyataan yang mengejutkan
sebagai berikut: "Sekarang jika seseorang telah lahir baru dia diselamatkan.
Jika meninggal dia akan pergi ke surga. Namun biarpun dia telah diselamatkan,
namun dia belum dilayakkan untuk pelayanan Tuhan". Pernyataan ini
menimbulkan penyimpangan terhadap teologi PB. Khotbah di bukit, misalnya,
jelas bahwa Kristus mengharapkan tahap pelayanan yang tertinggi dari setiap
orang yang percaya. Setiap orang yang "diberkati" akan hidup
demikian sehingga menjadi garam dan terang dunia (Mat. 5:13). Demikian juga
pengharapan Paulus. Dia menemukan pemikiran bahwa ada orang Kristen yang
tidak layak untuk melakukan pelayanan sangat tak masuk akal!
Dengan ditebus dari dosa, secara otomatis adalah langsung menjadi pelayan
Kebenaran (Rm. 6:18), memiliki buah Roh di dalam hidup yang dilukiskan oleh
kasih, suka cita, damai dan yang lain-lain yang baik (Gal. 5:22). Petrus juga
sama tegasnya: Bagaimana pemikiran tentang orang yang diselamatkan belum siap
untuk pelayanan, dapat disesuaikan dengan 1Pet. 2:9: "Kamulah bangsa
terpilih, imamat rajani, bangsa yang kudus, bangsa yang ajaib, supaya kamu
memberitakan perbuatan-Nya yang besar, yang memanggil kamu memberitakan
perbuatan-Nya yang besar, yang memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada
terang-Nya yang ajaib". Kewajiban memberitahukan perbuatan-perbuatan
besar Allah terletak secara pasti pada setiap orang Kristen, hanya karena
keberadaan mereka saja. Tekanan terletak pada petunjuk. Kita bukan dibebaskan
dari pelayanan itu atau juga bukan karena tidak siap untuk itu.
Ayat dalam 1Petrus mengingatkan kita bahwa di antara semua bentuk pelayanan
yang diharapkan dari orang Kristen, kesaksian mempunyai tempat yang istimewa.
Kita harus berpegang teguh pada pengakuan kita (Ibr. 4:14) dan berpegang pada
firman kehidupan (Flp. 2:16) dan menjelaskan alasan tentang pengharapan yang
ada di dalam diri kita (1Pet. 3:15). Hal ini mengembalikan kita kepada tugas
yang diberikan kepada gereja di dalam Kis. 1:8, "Kamu akan menjadi saksi
bagi-Ku di Yerusalem, di seluruh Yudea dan Samaria sampai ke ujung bumi". Sungguh
tepat mempersiapkan mereka untuk itu, sehingga janji diberikan "Kamu
akan menerima kuasa" dan janji inilah yang digenapi pada Pentakosta
ketika Roh Kudus turun kepada mereka, sehingga membuat mereka dapat
berkata-kata tentang karya Allah yang mengagungkan itu. Kesaksian - dan juga
kidung puji-pujian (doxology) - ialah usaha setiap orang Kristen. Inilah
sumber kekuatan kita, memampukan kita karena Allah tidak membiarkan kita
membuat batu-bata, tanpa Ia menyediakan jerami.
Tidak Pernah Ada Resep Rasuli
Akhirnya diyakini benar tidak ada penulis Perjanjian Baru yang menghadapi
masalah yang membingungkan pada gereja terdahulu pernah menyatakan bahwa apa
yang mereka kehendaki ialah baptisan dalam Roh Kudus. Pertimbangkanlah
surat-surat yang mereka tulis kepada jemaat di Galatia, Korintus, Kolose,
Efesus. Masalah mereka cukup serius yaitu - perpecahan, klenik / penyembahan
berhala, tunasusila, keduniawian, kurangnya rasa peduli pada penginjilan.
Semua membuat tidak adanya kuasa. Para analis aliran Pentakosta dalam
menganalisa gereja Laodikia yang suam-suam kuku, misalnya, disebutkan karena
kekurangan "api pemanas", "angin kedua", "baptisan
Roh Kudus". Tetapi hal ini tidak pernah jadi dasar pendekatan Perjanjian
Baru. Persoalan mereka tidak dilihat karena kurangnya baptisan Roh Kudus tetapi
karena kegagalan memperhitungkan maksud kebenaran rohani yang terdalam
tentang diri mereka sendiri (Rm. 6:2, 1Kor. 6:2, Gal. 3:3). Itulah kenyataan
yang sesungguhnya, bahwa mereka semua telah menerima Roh yang membuat bidat
mereka, kelakukan dan keduniawian begitu mengerikan.
Kalau begitu apa yang harus kita simpulkan? Bahwa baptisan dalam Roh
merupakan dasar mutlak ajaran keselamatan kekristenan, berdasarkan pengalaman
seperti itulah seseorang memasuki kehidupan kekristenannya, sehingga tanpa
itu kita sama sekali bukanlah seorang Kristen, dan setelah memperoleh
kepenuhan Roh membuat kita mampu berkata, "Saya dapat melakukan segala
perkara di dalam Dia yang Satu yang memberi saya kekuatan" (Flp. 4:13).
Disalin dari : Majalah MOMENTUM No. 25 - Januari 1995
|
No comments:
Post a Comment