Thursday, September 19, 2013

Rahib Budha bangkit dari kematian dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi

Rahib Budha bangkit dari kematian dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi


Rahib Budha bangkit dari kematian dan menerima Yesus Kristus

sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi


(JANGAN LUPA UNTUK MEMBERIKAN KOMENTAR SETELAH ANDA MEMBACA ARTIKEL DI BAWAH INI!)

Dalam artikel ini saya ingin membagikankesaksian seorang rahib Budha yang bangkit dari kematian dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya

Setelah Anda membaca kesaksian (yang saya terjemahkan dari artikel "One Man Sees Buddha In HELL) ini, jangan lupa untuk membagikan kesaksian ini ke teman-teman Facebook maupun BBM Anda, agar mereka yang belum mengenal Yesus dapat mengetahui siapa Yesus sebenarnya dan mau menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi mereka

Mari kita simak kesaksian di bawah ini
Nama saya Athet Pyan Shinthaw Paulu dari negara Myanmar (dahulu Burma). Saya ingin berbagi dengan anda kesaksian saya ini tentang apa yang terjadi pada saya, tetapi sebelumnya saya ingin menceritakan sedikit latar belakang saya sejak saya kecil. Saya dilahirkan tahun 1958 di kota Bogale, di daerah delta Irrawaddy, Myanmar Selatan. Orang tua saya penganut agama Budha yang beriman (taat) seperti kebanyakan orang di Myanmar dan saya dipanggil si Thitphin (yang artinya pohon). Kehidupan di mana saya bertumbuh sangat sederhana

Pada umur 13 tahun saya keluar sekolah dan mulai bekerja di perahu nelayan. Kami menangkap ikan juga udang di beberapa sungai besar dan kecil di daerah Irrawaddy dan pada umur 16 tahun saya menjadi pemimpin perahu

Saat itu saya tinggal di utara pulau Mainmahlagyon (yang artinya pulau wanita cantik), di bagianutara Bogale dimana saya dilahirkan (kira kira 100 mil barat daya Yangoon (Rangoon), ibu kota negara kami). Suatu hari waktu saya berumur 17 tahun, kami menangkap banyak sekali ikan dalam jala kami dan saking banyaknya ikan yang kami tangkap, seekor buaya besar tertarik perhatiannya, lalu mengikuti perahu kami dan mencoba menyerang kami. Kami jadi ketakutan sehingga dengan panik kami mendayung perahu kami menuju tepian sungai secepatnya. Buaya itu mengikuti, lalu menyerang perahu kami dengan ekornya. Walaupun tidak ada yang mati dalam kejadian ini, serangan itu mempengaruhi kehidupan saya, sehingga aaya tidak mau lagi menangkap ikan, karena perahu kecil kami tenggelam terkena serangan buaya itu. Malam itu kami pulang ke kampung naik perahu tumpangan dan tak lama sesudah kejadian itu, bos ayah saya memindahkan ayah saya ke kota Yangoon (Rangoon).Pada umur 18 tahun saya dikirim ke sebuah biara untuk menjadi rahib mudaKebanyakan orang tua di Myanmar berusaha mengirimkan anak laki-laki mereka ke biara Budha, setidaknya satu kali, karena merupakan suatu kehormatan mempunyai anak laki-laki yang melayani dengan cara ini dan kami telah mengikuti adat ini selama ratusan tahun

Pada saat saya mencapai umur 19 tahun 3 bulan (tahun 1977) saya resmi menjadi rahib. Rahib atasan saya di biara itu memberi saya sebuah nama Budha baru yang sudah menjadi adat/kebiasaan di negara saya, yaitu U Nata Pannita Ashinthuriya dan pada waktu kami menjadi rahib, kami tidak lagi menggunakan nama yang diberikan orang tua pada waktu lahir. Biara tempat saya tinggal disebut Mandlay Kyaikasan Kyaing dan nama rahib kepala saya ialah U Zadila Kyar Ni Kan Sayadaw (U Zadila adalah gelar), rahib yang sangat terkenal di seluruh Myanmar pada waktu itu

Dia sangat dihargai oleh orang-orang dan disegani sebagai guru besar, namun pada tahun 1983 dia tiba-tiba mati dalam kecelakaan mobil yang fatal dan kematiannya mengejutkan semua orang. Saat itu saya sudah 6 tahun jadi rahib dan saya berusaha menjadi rahib terbaik dengan mengikuti semua ajaran Budha. Pada suatu tingkat tertentu saya pindah ke sebuah kuburan yang kemudian saya tempati dan bermeditasi secara terus-menerus. Beberapa rahib yang sungguh-sungguh juga mengikuti kebenaran Budha dan melakukan hal yang saya lakukan ini, bahkan beberapa di antara mereka pindah ke hutan dimana mereka hidup menyangkal diri dan miskin. Saya mencari penyangkalan diri, fikiran dan keinginan dengan tujuan untuk menghindari penyakit dan penderitaan serta membebaskan diri dari kehidupan duniawi

Di kuburan saya tidak takut setan, saya berusaha untuk mencapai kedamaian batin dan penyadaran diri sampai-sampai bila ada nyamuk hinggap di tangan, saya membiarkannya menggigit tangan saya daripada mengusirnya. Bertahun-tahun saya berusaha untuk menjadi rahib terbaik dan tidak menyakiti mahluk hidup. Saya belajar pelajaran Budha suci ini seperti yang dilakukan semua nenek moyang kami sebelum saya. Kehidupan saya sebagai rahib berjalan terus sampai suatu waktu saya menderita sakit keras di Mandalay waktu itu dan harus dibawa ke rumah sakit untuk perawatan. Dokter melakukan beberapa pengecekan pada saya dan memberitahu saya bahwa saya terjangkit penyakit kuning dan malaria secara bersamaan. Sesudah sebulan di rumah sakit saya malah makin gawat dan dokter memberi tahu saya bahwa tak ada harapan sembuh untuk saya dan mengeluarkan saya dari rumah sakit untuk mempersiapkan kematian

Sesudah saya dikeluarkan dari rumah sakit saya kembali ke tempat di mana para rahib lainnya mengurus saya. Saya makin hari makin lemah dan makin susut karena badan busuk dan bau kematian dan akhirnya jantung saya berhenti berdenyut. Tubuh saya dipersiapkan untuk kremasi melalui tata cara pemurnian agama Budha, namun meskipun tubuh saya mati, saya ingat dan sadar dalam pikiran dan roh saya. Saya saat itu ada dalam badai besar dan angin kencang meniup seluruh daratan sampai tidak ada pohon atau apapun yang berdiri dsn semuanya rata. Saya berjalan sangat cepat di jalan rata itu untuk beberapa lama dan tak ada orang lain selain saya sendiri, kemudian saya menyeberang sebuah sungai dan di seberang sungai itu saya melihat danau api yang sangat sangat besar. Dalam agama Budha tidak ada gambaran tempat seperti ini dan pada mulanya saya bingung dan tidak tahu bahwa itu adalah neraka sampai saya melihat Yama, raja neraka(Yama adalah nama untuk raja neraka dalam kebudayaan Asiayang mukanya seperti singa, badannya seperti singa , tetapi kakinya seperti seekor naga (roh naga) dan mempunyai beberapa tanduk di kepalanya. Wajahnya sangat mengerikan, sehingga saya sangat ketakutan dan dengan gemetar, saya tanya namanya

Dia jawab,"Saya adalah raja neraka, si Perusak!"

Raja neraka memberi tahu saya untuk melihat ke danau api itu. Saya memandang dan melihat jubah warna kunyit yang biasa dipakai rahib Budha di Myanmar, lalu saya melihat kepala gundul seorang laki-laki dan waktu saya lihat wajah orang itu, saya mengenalinya sebagai U Zadila Kyar Ni Kan Sayadaw (rahib terkenal yang mati kecelakaan mobil tahun 1983). Saya bertanya kepada raja neraka,"Mengapa dia ada dalam danau api ini? Dia seorang guru yang baik." (Dia bahkan mempunyai kaset pengajaran yang berjudul 'Apakah anda manusia atau anjing?yang sudah membantu ribuan orang mengerti bahwa kita sebagai manusia sangat jauh lebih berharga dibandingkan binatang)

Raja neraka itu menjawab, "Betul, dia seorang guru yang baik, tetapi dia tidak percaya pada Yesus Kristus dan itulah sebabnya dia ada di neraka."

Saya diberi tahu untuk melihat orang lain yang ada di dalam api itu, lalu saya melihat seorang laki-laki dengan rambut panjang dililitkan di bagian kiri kepalanya dan mengenakan jubah. Saya bertanya kepada raja neraka,"Siapa orang itu?"

Dia menjawab,"Inilah yang kau sembah, Gautama (Budha)."

Saya sangat terganggu melihat Gautama di neraka, lalu saya berkata dengan nada protes,"Gautama orang baik dan mempunyai karakter moral yang baik, mengapa dia menderita di dalam danau api ini?"

Raja neraka menjawab,"Ia ada di tempat ini karena dia tidak percaya pada Allah yang kekal, tak peduli bagaimana baiknya dia."

Saya kemudian melihat seorang yang lain yang tampaknya memakai seragam tentara dan terluka di dada-nya, lalu saya bertanya,"Siapa dia?"
Raja neraka berkata,"Itu Aung San, pemimpin revolusi Myanmar." Saya kemudian diberi tahu,"Aung San di sini karena dia menyiksa dan membunuh orang-orang Kristen, tapi alasan terutama karena dia tidak percaya Yesus Kristus."

Di Myanmar ada pepatah, "Tentara tak pernah mati, hidup terus", tapi kemudian saya diberitahu raja neraka bahwa tentara neraka mempunyai pepatah,"Tentara tak pernah mati, tapi ke neraka selamanya."

Selanjutnya saya mengamati dan melihat di danau api itu ada orang lain yang sangat tinggi, memakai baju baja militer, menyandang pedang dan perisai serta terluka di dahinya. Orang itu lebih tinggi dari siapapun yang pernah saya lihat, yaitu enam kali panjang jarak siku sampai ujung jarinya waktu dia luruskan kedua lengannya dan ditambah satu jengkal waktu dia rentangkan tangannya. Raja neraka itu berkata bahwa orang itu bernama Goliath dan dia di neraka karena dia menghina Allah yang kekal dan hambanya yang bernama Daud. Saya bingung saat itu karena saya tidak tahu siapa itu Goliath dan Daud

Raja neraka lalu berkata,"Goliath tercatat di Alkitab orang Kristen. Kamu tidak tahu dia sekarang, tapi kalau kamu jadi Kristen, kamu akan tahu siapa dia."

Kemudian saya dibawa ke sebuah tempat di mana saya lihat orang kaya dan miskin menyiapkan makan malam mereka, lalu saya bertanya,"Siapa yang memasak makanan untuk orang-orang itu?"

Raja neraka menjawab,"Yang miskin harus menyiapkan makanan mereka, tapi yang kaya menyuruh yang lain untuk memasak untuk mereka.
Ketika makanan sudah tersedia untuk yang kaya, mereka duduk untuk makan dan segera setelah mereka mulai makan, asap tebal keluar. Yang kaya makan secepat yang mereka bisa agar mereka tidak pingsan dan berusaha keras untuk dapat bernafas karena asap itu. Mereka harus makan cepat-cepat karena mereka takut kehilangan uang mereka, karena uang mereka adalah tuhan mereka

Seorang raja neraka lainnya kemudian datang pada saya dan saya juga melihat satu mahluk yang kerjanya menjaga api di bawah danau api agar tetap panas
, lalu mahluk itu bertanya pada saya,"Apa kamu juga akan masuk ke danau api ini?"

Saya menjawab," Tidak, saya di sini untuk hanya mengamati!" (Bentuk mahluk yang menjaga api itu sangat menakutkan, dia mempunyai 10 tanduk di kepalanya dan memegang sebatang tombak ujungnya ada 7 pisau tajam)

Mahluk itu berkata,"Kamu betul, kamu datang ke sini hanya untuk mengamati. Saya tak temukan namamu disini, kamu harus kembali dari mana kamu datang tadi!"
Lalu mahluk itu menunjukan kepada saya arah menuju tempat terpencil rata yang saya lewati sebelumnya waktu datang ke danau api itu

Saya berjalan cukup lama, sampai saya berdarah, karena saya sangat kepanasan dan kesakitan. Akhirnya setelah berjalan sekitar 3 jam, saya sampai di sebuah jalan yang lebar dan saya berjalan sepanjang jalan ini beberapa lama sampai menemukan persimpangan. Satu jalan lebar ke arah kiri, lebar dan jalan yang lebih kecil menuju ke sebelah kanan. Ada tanda di persimpangan itu yang berbunyi jalan kiri untuk mereka yang tidak percaya pada Tuhan Yesus Kristus, jalan yang lebih kecil menuju ke kanan untuk yang percaya Yesus. Saya tertarik melihat ke mana tujuan jalan yang lebih besar itu, jadi saya mulai melaluinya. Ada 2 orang berjalan kira-kira 300 yard di depan saya. Saya coba mengejar mereka agar dapat jalan bersama, tetapi saya tak dapat mengejar mereka, lalu saya berputar balik dan kembali ke simpang jalan tadi. Saya terus menperhatikan kedua orang yang berjalan tadi dan waktu mereka mencapai ujung jalan, tiba-tiba mereka ditikam dan kedua orang itu berteriak sangat kesakitan. Saya juga menjerit keras waktu melihat apa yang terjadi pada mereka dan menyadari bahwa akhir dari jalan yang lebih lebar sangat berbahaya untuk mereka yang menjalaninya

Saya kemudian mulai melangkah ke jalan Orang Percaya dan sesudah berjalan sekitar 1 jam, permukaan jalan berubah jadi emas yang sungguh murni sampai-sampai waktu saya lihat ke bawah, saya dapat melihat bayangan saya dengan sempurna

Kemudian saya melihat seseorang berjubah putih berdiri di depan saya dan juga mendengar nyanyian merdu. Oh, alangkah indah dan murninya, sangat jauh lebih baik dan berarti dibandingkan penyembahan yang kita dengar di gereja manapun di dunia dan orang berjubah tersebut meminta saya berjalan bersamanya
.

Saya bertanya kepadanya, "Siapakah namamu?", tetapi dia tidak menjawabnya dan baru sesudah saya bertanya kepada dia 6 kali, orang itu menjawab,"Sayalah yang memegang kunci ke surga, tempat yang sangat sangat indah. Kamu tak dapat pergi ke sana sekarang, tetapi kalau kamu mengikuti Yesus Kristus kamu dapat pergi ke sana sesudah hidupmu selesai di bumi."

Orang yang bernama Petrus itu kemudian meminta saya untuk duduk dan menunjukkan pada saya sebuah tempat di sebelah utara, lalu berkata,"Lihat ke utara dan lihatlah Allah menciptakan manusia."

Saya melihat Allah yang kekal di kejauhan sedang berkata pada seorang malaikat,"Mari kita ciptakan manusia."

Malaikat itu memohon pada Allah dan berkata,"Jangan menciptakan manusia. Dia akan berbuat dosa dan mendukakan Engkau." (dalam bahasa asli Burma berarti,"Dia akan mempermalukan Engkau")

Tetapi Allah tetap menciptakan manusia dan meniupkan nafasNya, lalu manusia itu hidup dan Dia memberi nama orang itu "Adam". (catatan: agama Budha tidak percaya penciptaan dunia atau manusia sehingga pengalaman ini sangat besar pengaruhnya pada rahib itu)

Kemudian Petrus berkata,"Sekarang bangunlah dan kembalilah melalui jalan di mana engkau datang, lalu katakan pada orang-orang yang menyembah Budha dan berhala bahwa mereka akan pergi ke neraka bila mereka tidak berubah. Mereka yang membangun kuil/kelenteng dan berhala, mereka yang yang memberikan persembahan pada para rahib untuk mendapatkan jasa untuk mereka sendiri, mereka yang menyembah rahib dan memanggil mereka "Pra" (gelar kehormatan bagi rahib), mereka yang menyanyi dan memberikan hidupnya dan mereka yang tidak percaya kepada Yesus Kristus juga akan ke neraka."

Petrus memberi tahu saya untuk kembali ke bumi dan bersaksi tentang semua apa yang telah saya lihat dan berkata," Kamu harus bicara dengan nama yang baru dan sejak saat ini kamu harus dipanggil Athet Pyan Shinthaw Paulu (dalam bahasa Burma berarti "Paulus yang kembali hidup")."

Waktu itu saya tidak mau kembali, karena saya ingin tinggal di surga. Kemudian seorang malaikat membuka sebuah buku dan pertama-tama mereka mencari nama masa kecilku(Thitpindalam buku, tapi mereka tak menemukannya dan kemudian mereka mencari nama yang diberikan pada saya waktu masuk agama Budha (U Nata Pannita Ashinthuriya), tapi juga tidak tertulis di situ, kemudian Petrus berkata,"Namamu tidak tertulis di sini, kamu harus kembali dan bersaksi tentang Yesus pada orang-orang yang beragama Budha."

Lalu saya berjalan kembali melalui jalan emas dan mendengar lagi nyanyian yang merdu yang tak pernah saya dengar sebelumnya. Petrus berjalan dengan saya sampai saatnya saya kembali ke bumi dan menunjukkan kepada saya tangga untuk kembali ke bumi antara surga dan langit. Tangga itu tidak sampai ke bumi, tetapi berhenti di udara dan saya melihat banyak sekali malaikat, ada yang naik ke surga dan ada yang turun ke tangga dan mereka sangat sibuk, lalu saya bertanya kepada Petrus,"Siapakah mereka?"

Petrus menjawab,"Mereka pesuruh Tuhan yang melaporkan ke surga nama-nama mereka yang percaya Yesus Kristus dan nama-nama mereka yang tidak percaya."

Petrus kemudian memberi tahu saya bahwa sudah waktunya untuk kembali

Tiba-tiba saya mendengar sebuah tangisan dari ibu saya,"Anakku, mengapa engkau meninggalkan kami sekarang?" dan saya juga mendengar orang-orang lain menangis. Saya kemudian sadar saya sedang terbujur dalam sebuah peti mulai dan mulai bergerak, lalu ibu dan ayahku berteriak,"Dia hidup, dia hidup!"

Orang lain yang berjarak agak jauh tidak percaya. Kemudian saya taruh tangan saya di kedua sisi peti itu dan duduk tegak. Banyak orang ketakutan saat itu dan mereka menjerit,"Hantu!", lalu berlari secepat kaki mereka membawanya

Mereka yang tertinggal hanya bisa diam dan bergemetaran. Saya merasakan saya sedang duduk dalam cairan yang tak sedap baunya, yaitu cairan tubuh yang cukup banyak (untuk dapat mengisi 3,5 gelas) dan keluar dari perut dan bagian dalam tubuhku ketika tubuhku terbujur di dalam peti mati (inilah sebabnya orang tahu bahwa saya sudah betul-betul mati). Di dalam peti mati ini ada semacam lembaran plastik yang ditempelkan pada kayu peti untuk menampung cairan yang keluar dari mayat, karena tubuh orang meninggal banyak mengeluarkan cairan seperti yang saya alami
Saya diberi tahu kemudian bahwa hanya beberapa saat lagi saya dikremasi dalam api. Di Myanmar orang mati dimasukan ke dalam peti mati, kemudian dipaku tutup petinya dan ddibakar. Ketika saya kembali hidup, ibu dan ayahku sedang melihat tubuhku untuk terakhir kalinya dan sesaat lagi tutup peti akan segera dipaku dan saya akan dikremasikan

Saya mulai menjelaskan hal-hal yang saya lihat dan dengar dan orang-orang merasa heran. Saya ceritakan mengenai orang-orang yang saya lihat di dalam danau api itu dan memberitahukan bahwa hanya orang Kristen yang tahu kebenaran dan bahwa nenek moyang kita dan kita sudah tertipu ribuan tahun. Saya juga memberitahukan mereka segala sesuatu yang kita percayai adalah kebohongan

Orang-orang merasa heran, sebab mereka tahu rahib macam apa saya dan bagaimana bersemangatnya saya dalam pengajaran Budha. Di Myanmar ketika seseorang meninggal, namanya dan umurnya ditulis di samping peti mati dan ketika seorang rahib meninggal, nama dan umur serta masa pelayanannya sebagai rahib dituliskan di samping peti mati. Saat itu saya sudah ditulis mati tetapi sekarang saya hidup!
Sejak "Paul yang kembali hidupmengalami kisah ini, dia tetap menjadi saksi yang setia kepada Yesus Kristus dan para gembala di Burma mengabarkan bahwa dia sudah membawa ratusan rahib lain untuk beriman kepada Yesus. Kesaksiannya jelas sekali tak berkompromi dan oleh sebab itu, pesan dia telah menyakitkan banyak orang yang tidak dapat menerima bahwa hanya ada satu jalan ke surga, yaitu Yesus Kristus

Walaupun menghadapi penolakan yang sangat besar, pengalamannya sungguh nyata sehingga ia tak pernah ragu maupun bimbang. Setelah sekian tahun dalam lingkungan biara Budha sebagai pengikut ajaran Budha yang setia, dia menyatakan Injil Kristus sesudah kebangkitannya dari kematian dan mendesak para rahib yang lain untuk meninggalkan semua dewa-dewa palsu dan menjadi pengikut Yesus dengan sepenuh hati. Sebelum sakit dan matinya dia tidak punya pengetahuan sedikitpun tentang ke-Kristenan. Semua yang dia dapatkan selama 3 hari dalam kematian adalah baru dalam pikirannya

Dalam mengabarkan pesannya sebanyak mungkin pada orang-orang, Lazarus modern ini mulai membagikan audio dan video kaset mengenai kisahnya. Polisi serta pihak berwenang di Myanmar sudah berusaha sekuatnya untuk mengumpulkan kaset-kaset ini dan memusnahkannya dan kesaksian yang baru saja Anda baca adalah salah satu terjemahan dari kaset itu

Kami diberi tahu bahwa sekarang sangat berbahaya bagi warga Myanmar untuk memiliki kaset ini. Kesaksiannya yang tak kenal takut telah membuatnya dipenjara, dimana yang berwenang telah gagal menawarkan dia untuk bungkam dan sesudah dilepaskan dia terus bersaksi tentang apa yang dia lihat dan dengar

Keberadaannya sekarang tidak jelas. Seorang nara sumber di Burma mengatakan bahwa dia dipenjara dan bahkan mungkin sudah dibunuh, namun sumber lainyan mengabarkan bahwa dia sudah dilepaskan dari penjara dan sedang meneruskan pelayanannya

No comments:

Post a Comment